Tampilkan postingan dengan label Jelajah Nusantara. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Jelajah Nusantara. Tampilkan semua postingan

08/07/12

Peninggalan Yang Ada Di Kab.Bekasi

Gedoeng Juang

Seperti halnya daerah lain di Indonesia, Bekasi yang letaknya berdampingan dengan Jakarta memiliki sejarah perjuangan melawan penjajah yang tak kalah heroik. Perjuangan rakyat Bekasi sempat diabadikan dalam puisi terkenal karya Chairil Anwar, Karawang-Bekasi.

Yang menarik, Bekasi masih memiliki gedung bersejarah peninggalan pra masa kemerdekaan yang dikenal sebagai Gedung Tinggi yang terletak di jalan Sultan Hasanudin, dekat Pasar Tambun dan Stasiun kereta api Tambun. Gedung Tinggi ini sekarang dikenal sebagai gedung juang 45. Bangunan berarsitektur neoklasik ini dibangun oleh tuan tanah Kow Tjing Kie pada tahun 1910. 

Gedung tinggi ini merupakan salah satu gedung bersejarah yang turut menjadi saksi bisu perjuangan rakyat Bekasi saat revolusi fisik. Ketika itu daerah Tambun dan Cibarusah menjadi pusat kekuatan pasukan republik Indonesia (RI). Perlu diketahui bahwa pada saat revolusi kemerdekaan, garis demarkasi yang memisahkan daerah Republik Indonesia dengan daerah kekuasaan Belanda terletak didaerah Sasak Jarang, sekarang menjadi perbatasan antara kecamatan Bekasi Timur dengan Kecamatan Tambun dan merupakan perbatasan Kota Bekasi dengan Kabupaten Bekasi.

Akibat serangan bertubi-tubi, pertahanan pasukan Belanda di Bekasi sering ditinggalkan. Mereka kemudian memusatkan diri ke daerah Klender Jakarta Timur. Sebaliknya, para pejuang Indonesia menjadikan gedung tinggi ini sempat dijadikan sebagai pertahanan di front pertahanan Bekasi- Jakarta.

Gambar Gedung Juang Tambun
Gambar Gedung Juang Tambun
Di gedung yang mempunyai makna monumental ini, perudingan dan pertukaran tawanan perang terjadi. Lokasi pelaksanaan pertukaran tawanan sendiri dilakukan di dekat Kali Bekasi yang kini tidak jauh dari rumah pegadaian Bekasi. Banyak tentara Jepang meninggal dibantai dan dibuang di Kali Bekasi, membuat setiap tahun tentara Jepang selalu melakukan tabur bunga di kali yang membentang kota Bekasi ini.

Dalam pertukaran tawanan, pejuang-pejuang RI oleh Belanda dipulangkan ke Bekasi, dan tawanan Belanda oleh pejuang RI dipulangkan ke Jakarta lewat kereta api yang lintasannya persis berada di belakang Gedung Juang. Gedung yang tidak jauh dari Pasar Tambun Bekasi ini, juga pernah dijadikan sebagai Pusat Komando Perjuangan RI pada masa perjuangan fisik. Gedung ini selalu menjadi sasaran tembak pesawat udara dan meriam Belanda. Banyak keanehan pada gedung ini. Ketika meriam Belanda dijatuhkan di atas bangunan tersebut, ternyata meriam itu tidak meledak dan hanya merusak sebagian kecil bangunan.

Akhir 1947, ketika Belanda menghianati perundingan Linggarjati tanggal 21 Juli, Belanda mengadakan aksi pertama (dikenal sebagai Agresi Militer Belanda Pertama). Mengingat gedung ini merupakan markas basis pertahanan, maka tidak mengherankan bila di sekitar gedung ini sering terjadi pertempuran dan pembantaian yang bertubi-tubi. Bahkan gedung ini pernah di duduki Belanda/NICA hingga tahun 1949. Namun, gedung yang sangat mempunyai nilai sejarah dan merupakan kebanggaan mayarakat Bekasi ini, kembali berhasil direbut oleh pejuang Bekasi pada awal 1950.

07/07/12

Asal Mula Kabupaten Bekasi

Sejarah Kabupaten Bekasi



Dalam catatan sejarah, nama "Bekasi" memiliki arti dan nilai sejarah yang khas. Menurut Poerbatjaraka, seorang ahli bahasa Sansekerta dan Jawa Kuno - Asal mula kata Bekasi, secara filosofis, berasal  dari kata Chandrabhaga. Chandra berarti "bulan" (dalam bahasa Jawa Kuno, sama  dengan kata Sasi) dan Bhaga berarti "bagian". Jadi, secara etimologis kata  Chandrabhaga  berarti  bagian dari bulan.

Kata Chandrabhaga berubah menjadi  Bhagasasi  yang pengucapannya  sering disingkat  menjadi  Bhagasi. Kata Bhagasi ini dalam pelafalan bahasa Belanda seringkali ditulis  "Bacassie" kemudian berubah menjadi  Bekasi  hingga kini. Bekasi dikenal sebagai "Bumi Patriot", yakni sebuah daerah yang dijaga oleh para pembela tanah air. Mereka berjuang disini sampai titik darah penghabisan untuk mempertahankan negeri tercinta dan merebut kemerdekaan dari tangan penjajah. Ballada kepahlawanan tersebut tertulis dengan jelas dalam setiap bait guratan puisi heroik Pujangga Besar Chairil Anwar yang berjudul "Krawang - Bekasi". Kini, Kabupaten Bekasi di usianya yang ke-57 tahun, banyak perubahan yang telah terjadi dari masa ke masa.
Gambar Untuk Logo Pemda Kabupaten Bekasi
Gambar Untuk Logo Pemda Kabupaten Bekasi
Sejarah terbentuknya Kabupaten Bekasi dimulai dengan dibentuknya "Panitia Amanat Rakyat Bekasi" yang dipelopori R. Supardi, M. Hasibuan, KH. Noer Alie, Namin, Aminudin dan Marzuki Urmaini, yang menentang keberadaan RIS- Pasundan dan menuntut berdirinya kembali Negara Kesatuan RI. Selanjutnya diadakan Rapat Raksasa di Alun-alun Bekasi yang dihadiri oleh sekitar 40.000 orang rakyat Bekasi pada tanggal 17 Pebruari 1950. Menyampaikan tuntutan Rakyat Bekasi yang berbunyi :
 (1) Penyerahan  kekuasaan Pemerintah Federal kepada Republik Indonesia,
 (2) Pengembalian seluruh Jawa Barat kepada Negara Republik Indonesia,
 (3) Tidak mengakui lagi adanya  pemerintahan di daerah Bekasi, selain Pemerintahan Republik Indonesia,
 (4) Menuntut kepada Pemerintah agar nam

Kabupaten Jatinegara diganti menjadi Kabupaten Bekasi. Upaya para pemimpin Panitia Amanat Rakyat Bekasi untuk memperoleh dukungan dari berbagai pihak terus dilakukan. Diantaranya mendekati  para pemimpin Masjumi, tokoh militer Mayor Lukas Kustaryo dan Moh. Moefreini Mukmin) di Jakarta. Pengajuan usul dilakukan tiga kali antara bulan Pebruari sampai dengan bulan Juni 1950 hingga akhirnya setelah dibicarakan dengan DPR RIS, dan Mohammad Hatta menyetujuim penggantian nama  "Kabupaten Jatinegara"  menjadi  "Kabupaten Bekasi  ". Persetujuan pembentukan Kabupaten Bekasi semakin kuat setelah dikeluarkannya Undang-undang No. 14 Tahun 1950. 

Kabupaten Bekasi secara resmi dibentuk dan ditetapkan tanggal 15 Agustus 1950 sebagai Hari Jadi Kabupaten Bekasi. Selanjutnya pada tanggal 2 April 1960 Pusat Pemda Bekasi semula dipusatkan di Jatinegara (sekarang Markas Kodim 0505 Jayakarta, Jakarta) dipindahkan ke gedung baru Mustika Pura Kantor Pemda Bekasi yang terletak diBekasi Kaum JI. Jr. H. Juanda.

06/07/12

Budaya Kabupaten Bekasi

Tari Topeng Bekasi 

Salah satu teater rakyat yang penyajiannya total dan intim adalah Topeng Bekasi. Total artinya melibatkan beberapa unsur seni seperti seni musik, tari, vokal, sastra, dan seni peran. Intim artinya terjalinnya hubungan yang akrab antara penonton dan pemain ketika pertunjukkan berlangsung.

Tokoh yang berjasa mengembangkan topeng bekasi adalah Kacrit dan Seli. Kedua tokoh ini besar andilnya dalam mempopulerkan seni topeng Bekasi.
Bentuk Pertunjukkan topeng Bekasi susunannya sebagai berikut:
  1. Pemukulan gong sebanyak naktu hari
  2. tatalu
  3. Ijab Kabul
  4. Penyajian tari-tarian
  5. Penyajian lawakan
  6. Penyajian lakon cerita 
Pertunjukkan Topeng Bekasi diawali dengan menabuh goong sebanyak naktu (nilai hurup Sunda untuk menghitung hari baik dan buruk). Misalnya bila pertunjukan dilakukan senin goong ditabuh empat kali. Selasa tiga kali, rabu 7 kali, kamis 8 kali, saptu 9 kali, dan minggu 5 kali.

Selanjutnya penyajian tatalu yang diawali dengan bunyi rebab pada lagu oray-orayan. Ijab kabul dilakukan pada pertunjukkan topeng dalam acara hajatan keluarga, tapi jika pertunjukkan dilaksanakan dalam acara hiburan biasanya diisi dengan sambutan-sambutan dari penyelenggara.


Gb. Tari Topeng Bekasi 

Kemudian ditampilkan tari-tarian, tarian pertama ditampilkan tari topeng tunggal. Tari topeng tunggal menampilkan tiga karakter. Setiap karakter digambarkan dengan menggunakan topeng yang berbeda yaitu topeng subadra, kedok satria ladak dan kedok rahwana. Tarian ini dibawakan oleh penari wanita. Berikutnya penampilan lipet gandes dengan bodor. Selanjutnya disajikan pula beberapa tarian seperti enjot-enjotan, kang aji dan tarian oncom lele.

Selesai penyajian tari ditampilkan lakonan dengan cerita yang bertemakan kehidupan sehari-hari dalam keluaraga seperti ngaruju, ngalinter, bodo pinter, ngabongkak dll. Acara ini bisa disebut ngajantuk.